Siapa yang tidak kenal dengan shalawat Nabi ? Milyaran kali bacaan shalawat Nabi Muhammad SAW dikumandangkan tiap harinya oleh seluruh kaum muslimin di dunia ketika shalat, tepatnya pada tasyahud akhir dalam shalat.
Seorang muslim yang mengakui sangat cinta kepada Nabi Muhammad, tapi tidak pernah membaca shalawat terutama ketika nama Nabi diucapkan, maka kecintaannya adalah semu belaka, hanya di mulut saja.
Banyak hadits Nabi yang menerangkan keutamaan membaca shalawat. Membaca shalawat adalah amalan yang sangat ringan namun merupakan bentuk ibadah yang agung dan berpahala besar. Dengan membaca shalawat kepada Nabi, maka kita pun sama saja dengan mengikuti perintah Allah dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 56. Ayat ini juga merupakan sindiran bagi mereka yang tidak suka membaca shalawat kepada Nabi.
Banyak lafadz atau jenis shalawat yang beredar di masyarakat, baik itu lafadz shalawat berdasarkan hadits Nabi, lafadz shalawat dari para sahabat Nabi, lafadz shalawat dari para ulama-ulama besar, lafadz shalawat dari para keturunan Nabi yakni para habaib dan lafadz shalawat dari para ulama atau kiai zaman sekarang.
Lalu lafadz shalawat manakah yang kita pilih ? Untuk bacaan shalawat yang dibaca ketika shalat pada waktu tasyahud, para ulama sepakat mengkhususkannya dengan bacaan shalawat Ibrahimiyyah. Bacaan shalawat Ibrahimiyyah itu adalah :
Sedangkan di luar shalat, semisal kita ingin memperbanyak bacaan shalawat setelah shalat atau di waktu luang, maka kita boleh membaca lafadz shalawat mana pun yang kita sukai tanpa harus mengkhususkan dengan shalawat tertentu secara redaksional.
Jumlah bilangan shalawat yang kita inginkan pun tidak ada batasan harus berapa, silahkan semampunya saja. Logikanya, semakin banyak kita membaca shalawat, maka pahala yang kita dapatkan semakin besar pula. Kita mau pilih yang mana, silahkan.
Di masyarakat juga banyak sekali berbagai jenis shalawat yang dibaca untuk amalan ibadah, misalnya shalawat kamilah, shalawat nariyyah, shalawat syifa dan ratusan bahkan ribuan macam shalawat. Pendapat Saya, jangan mempermasalahkan nama dan lafadznya, tapi lihatlah isi dan makna dari shalawat tersebut.
Semua shalawat, baik itu yang berasal dari para sahabat, para wali, para habib dan para ulama shaleh, bukan asal sembarang ngarang. Rasa cinta yang dalam terhadap Nabi, salah satu caranya biasa mereka salurkan lewat goresan pena mereka melalui lafadz-lafadz shalawat kepadanya yang berisi pujian kepadanya, pengharapan doa agar bisa bersamanya dan lain sebagainya.
Bagi kita umat Nabi yang awam, keinginan untuk bisa bersama Nabi di akhirat kelak, juga sama dengan mereka para ulama shaleh. Maka tidak salahnya, shalawat yang berisi doa tersebut bagaimana pun lafadznya, kita ikuti dan kita tiru, kita baca agar sama-sama mendapat keberkahanya.
Jangan terjebak dengan beberapa pernyataan para ustadz di zaman modern ini yang membid'ahkan membaca shalawat jika tidak sesuai dengan redaksi aslinya dari Nabi. Padahal tidak ada hadits Nabi yang memerintah membaca shalawat harus dengan lafadz shalawat tertentu atau jangan dengan lafadz shalawat tertentu. Hanya shalawat untuk shalat-lah yang menggunakan shalawat khusus dan itu memang ada haditsnya.
Kalau seluruh ulama dari dulu berpikiran sama dengan ustadz modern seperti itu, maka ilmu Islam tidak akan berkembang dan beku. Mungkin saat ini kita tidak bisa ilmu tajwid, ilmu kaligrafi, ilmu sharaf, ilmu nahwu dan lain sebagainya. Toh, ilmu-ilmu tersebut tidak secara tertulis ada di dalam Al Quran. Untungnya, para ulama khalaf cerdas-cerdas sehingga kita pun sekarang bisa belajar fiqih dan ushul fiqih, ilmu akhlaq, ilmu arab gundul, ilmu tajwid, ilmu tafsir dan lain sebagainya.
Tapi itu semua tergantung diri kita sendiri, pemahaman kita sendiri, Saya nggak akan memaksakan supaya sahabat mendukung pemahaman Saya, begitu juga sebaliknya. Yang penting bagi pembaca yang suka shalawat, terus baca shalawat habis-habisan, mau bagaimanapun lafadznya, tapi bacalah secara ikhlas lillahi ta'ala, dan jangan menyalahkan mereka yang tidak suka membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. OK ? Shallallahu 'alaa Muhammad.
Seorang muslim yang mengakui sangat cinta kepada Nabi Muhammad, tapi tidak pernah membaca shalawat terutama ketika nama Nabi diucapkan, maka kecintaannya adalah semu belaka, hanya di mulut saja.
Banyak hadits Nabi yang menerangkan keutamaan membaca shalawat. Membaca shalawat adalah amalan yang sangat ringan namun merupakan bentuk ibadah yang agung dan berpahala besar. Dengan membaca shalawat kepada Nabi, maka kita pun sama saja dengan mengikuti perintah Allah dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 56. Ayat ini juga merupakan sindiran bagi mereka yang tidak suka membaca shalawat kepada Nabi.
Banyak lafadz atau jenis shalawat yang beredar di masyarakat, baik itu lafadz shalawat berdasarkan hadits Nabi, lafadz shalawat dari para sahabat Nabi, lafadz shalawat dari para ulama-ulama besar, lafadz shalawat dari para keturunan Nabi yakni para habaib dan lafadz shalawat dari para ulama atau kiai zaman sekarang.
Lalu lafadz shalawat manakah yang kita pilih ? Untuk bacaan shalawat yang dibaca ketika shalat pada waktu tasyahud, para ulama sepakat mengkhususkannya dengan bacaan shalawat Ibrahimiyyah. Bacaan shalawat Ibrahimiyyah itu adalah :
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Sedangkan di luar shalat, semisal kita ingin memperbanyak bacaan shalawat setelah shalat atau di waktu luang, maka kita boleh membaca lafadz shalawat mana pun yang kita sukai tanpa harus mengkhususkan dengan shalawat tertentu secara redaksional.
Jumlah bilangan shalawat yang kita inginkan pun tidak ada batasan harus berapa, silahkan semampunya saja. Logikanya, semakin banyak kita membaca shalawat, maka pahala yang kita dapatkan semakin besar pula. Kita mau pilih yang mana, silahkan.
Di masyarakat juga banyak sekali berbagai jenis shalawat yang dibaca untuk amalan ibadah, misalnya shalawat kamilah, shalawat nariyyah, shalawat syifa dan ratusan bahkan ribuan macam shalawat. Pendapat Saya, jangan mempermasalahkan nama dan lafadznya, tapi lihatlah isi dan makna dari shalawat tersebut.
Semua shalawat, baik itu yang berasal dari para sahabat, para wali, para habib dan para ulama shaleh, bukan asal sembarang ngarang. Rasa cinta yang dalam terhadap Nabi, salah satu caranya biasa mereka salurkan lewat goresan pena mereka melalui lafadz-lafadz shalawat kepadanya yang berisi pujian kepadanya, pengharapan doa agar bisa bersamanya dan lain sebagainya.
Bagi kita umat Nabi yang awam, keinginan untuk bisa bersama Nabi di akhirat kelak, juga sama dengan mereka para ulama shaleh. Maka tidak salahnya, shalawat yang berisi doa tersebut bagaimana pun lafadznya, kita ikuti dan kita tiru, kita baca agar sama-sama mendapat keberkahanya.
Jangan terjebak dengan beberapa pernyataan para ustadz di zaman modern ini yang membid'ahkan membaca shalawat jika tidak sesuai dengan redaksi aslinya dari Nabi. Padahal tidak ada hadits Nabi yang memerintah membaca shalawat harus dengan lafadz shalawat tertentu atau jangan dengan lafadz shalawat tertentu. Hanya shalawat untuk shalat-lah yang menggunakan shalawat khusus dan itu memang ada haditsnya.
Kalau seluruh ulama dari dulu berpikiran sama dengan ustadz modern seperti itu, maka ilmu Islam tidak akan berkembang dan beku. Mungkin saat ini kita tidak bisa ilmu tajwid, ilmu kaligrafi, ilmu sharaf, ilmu nahwu dan lain sebagainya. Toh, ilmu-ilmu tersebut tidak secara tertulis ada di dalam Al Quran. Untungnya, para ulama khalaf cerdas-cerdas sehingga kita pun sekarang bisa belajar fiqih dan ushul fiqih, ilmu akhlaq, ilmu arab gundul, ilmu tajwid, ilmu tafsir dan lain sebagainya.
Tapi itu semua tergantung diri kita sendiri, pemahaman kita sendiri, Saya nggak akan memaksakan supaya sahabat mendukung pemahaman Saya, begitu juga sebaliknya. Yang penting bagi pembaca yang suka shalawat, terus baca shalawat habis-habisan, mau bagaimanapun lafadznya, tapi bacalah secara ikhlas lillahi ta'ala, dan jangan menyalahkan mereka yang tidak suka membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. OK ? Shallallahu 'alaa Muhammad.
Tag :
bacaan shalawat,
shalawat nabi